Tatapan mata dan ucapan Ayuda membuat jiwa membeku. Beruntung dia tersadar dan langsung menjauhkan badan. Pria itu memunggungi ranjang hingga tak menyadari Ayuda mengembuskan napas lega.
“Pergi dari kamar ini sebelum aku benar-benar menyeretmu!” ancam Jiwa.
“Kamu tidak mungkin berani menyeretku, banyak CCTV di rumah ini. Aku yakin kamu mulai menyadari kalau aku adalah musuh yang sepadan denganmu,” kata Ayuda. Ia menegakkan badan masih menatap punggung Jiwa.
“Apa kamu memegang proyek tender pembangunan rumah subsidi dari kementerian? Jika iya bersiaplah menghadapiku, aku akan memenangkan proyek itu,” ucap Ayuda dengan penuh percaya diri.
Jiwa pun menoleh, membahas soal pekerjaan sepertinya membuat pria itu tertarik. Ia tersenyum mencibir, karena tahu kalau wanita itu pasti belum berpengalaman dengan pekerjaan semacam ini.
“Kamu masih anak kemarin sore, aku tidak takut dengan tantanganmu.”
Jiwa menarik salah satu sudut bibirnya setelah berucap, seolah ada sesuatu yang disembunyikan. Mel