“Pak, Bapak masih di sana, kan?”
Alif menelan ludah sambil mengangguk. Entah kenapa dia merasa sedikit khawatir kini. Bukan mengkhawatirkan keadaan Dira, tapi Alif bingung harus mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai suami ke mertua dan orang tuanya jika terjadi sesuatu pada Dira.
“Iya. Biar nanti aku hubungi Dira. Terima kasih atas informasinya, Fir.”
Alif langsung mengakhiri panggilannya. Ia gegas bangkit menyambar jaket dan kunci mobil kemudian berjalan keluar kamar.
Alif berlarian menuruni tangga kemudian berjalan cepat menuju pintu. Namun, langkahnya langsung terhenti saat melihat Dira masuk.
Dira terdiam membisu, berjalan sambil menundukkan kepala melewati Alif. Tampangnya berantakan, rambut acak-acakan, riasannya luntur dan wajahnya sangat muram. Alif mendengkus, menyipitkan mata melihat wanita cantik itu.
“Dari mana kamu?” sergah Alif.
Bukan jawaban yang diberikan Dira, hanya tatapan dingi