“Mau sampai kapan kamu begini terus?”
Archer memicingkan mata pada Tevin yang baru selesai melilitkan perban di dadanya. “Terus begini gimana maksudmu?”
“Menyakiti dirimu sendiri.”
“Aku begini karena dihajar adik iparku, bukan sengaja menjatuhkan diri dari atap,” sergah Archer sembari berdecak lidah.
Mendengar jawaban Archer yang menurutnya tidak nyambung, Tevin pun mengembuskan napas kasar. Sambil merapikan peralatannya ia kembali berkata, “Aku rasa kamu tahu apa maksudku. Jangan pura-pura bodoh.”
Seketika Archer terdiam. Tubuhnya kini dililit perban di beberapa bagian tubuh yang dapat ditutupi pakaian. Sementara wajahnya banyak luka memar yang sedikit membengkak.
Beberapa jam yang lalu Archer akhirnya pulang dijemput oleh sopir pribadinya. Anak buahnya yang ia suruh untuk menguntit Feli diam-diam, sempat menghubungi sopir di rumah.
Melihat Archer masih terdiam, Tevin berkata lagi, “Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan selama ini, Archer?”
Archer hanya menatap Tevin dengan mal