Feli terdiam.
Kalau ia tidak salah ingat, ini pertama kalinya Archer meminta izin saat akan melakukannya.
Feli lantas menggenggam lengan kekar Archer yang juga ditumbuhi bulu amat halus yang kini keduanya berlabuh di dadanya.
“Archer….”
“Hm?” Archer menyahut dengan suara teredam saat bibirnya tenggelam di ceruk leher sang istri. “Boleh?”
Feli menggigit bibir bawahnya ketika ia merasakan gelenyar asing menguasai tubuhnya. “Kita belum tahu kondisi kehamilan aku kayak gimana. Apa nggak sebaiknya kita konsultasi dulu sama dokter?”
Ini kalimat yang tepat, pikir Feli. Selain karena memang belum tahu kondisi janinnya, di sisi lain pun Feli masih merasa belum siap melayani Archer dengan hati terbuka setelah apa yang terjadi selama ini.
Seketika Archer menarik wajahnya lalu terdiam.
“Anakku,” gumamnya dengan suara serak, seolah-olah baru sadar pada janin yang tumbuh di rahim Feli. “Apa dia akan baik-baik saja?”
“Aku juga belum tahu.”
Archer memejamkan matanya sejenak lalu menyugar ra