Feli tak benar-benar tertidur. Ia masih bisa merasakan sentuhan halus jemari Archer di pipinya. Namun ia enggan berhadapan dengan pria itu, jadi Feli tetap pura-pura tidur.
“Apa kamu benar-benar melakukannya, Feli?” gumam Archer.
Feli mengerti ke mana arah pertanyaan pria itu. Lalu saat itu juga ia membuka kelopak matanya dan menatap Archer lurus-lurus.
“Kalau aku bilang aku nggak melakukannya, apa kamu akan mempercayaiku, Archer?”
Ada sedikit rasa kecewa di hati Feli ketika Archer hanya terdiam tanpa kata. Seakan-akan pria itu berat sekali untuk mengeluarkan tiga kata ‘aku percaya padamu’.
Feli lantas terkekeh lalu mendorong dada Archer agar menjauhinya.
“Ayo maju. Lampunya udah hijau.”
Archer terpaku melihat kekehan Feli yang menampilkan sederet gigi rapinya. Archer sering melihat tawa itu di masa silam, tujuh tahun lalu. Ketika mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama di Paris. Sebelum akhirnya Feli menghancurkan kepercayaan Archer terhadapnya.
“Archer! Kenapa bengong? Ayo maj