Sarah menghela napas.
“Dia stafnya suamiku di kantor. Sejak aku mencurigai kedekatan mereka, aku meminta bekerja di kantor suamiku, dan wanita itu dipindahkan ke kantor cabang yang berada di kota ini. Makanya, aku menyusul suamiku saat aku tahu dia hendak ke kota ini. Aku hanya ingin memastikan, apakah kecurigaanku selama ini benar, atau hanya praduga,” sahut Sarah sambil menyesap kopinya.
Dewi pun ikut menghela napas. Wanita itu mencoba merangkai kata yang tepat, agar tak cepat menghakimi seseorang tanpa bukti. Juga tak ingin memojokkan Sarah. Dia harus dapat bersikap adil dengan berpegang pada praduga tak bersalah.
“Kenapa kamu mencurigai? Ada yang tak wajar?” tanya Dewi menyelidik. Matanya menatap Sarah yang menunduk seraya mengaduk kopinya yang sudah tercampur rata.
“Aku melihat suamiku mengantar wanita itu berbelanja di akhir pekan. Padahal, dia bilang padaku kalau lembur,” jelas Sarah. Ada rasa sesak mendera dadanya karena terpaksa harus mengingat kembali goresan luka dalam