Baru kali ini aku diam saja ketika Nurma membentakku, keadaan membuatku menahan diri untuk tidak membalas. Mobil melaju meninggalkanku bersama kerumunan tetangga yang berkumpul dan ingin tahu.
Mereka bertanya, aku saja tidak tahu, lebih baik aku pulang. Mas Pamuji pergi tanpa membawa ponsel atau pun dompetnya.
Aku pun menemani Bagas dan Tika tidur dengan hati yang resah. Aku mengkhawatirkan Mas Pamuji yang baru pulang kerja dan belum sempat makan.
Malam pun berlalu, saat subuh Bude Rum menelpon mengabariku tentang keadaan ibu. Ibu mengalami gejala stroke, kaki kanannya mati rasa sampai ke pinggang. Ibu dirawat di rumah sakit kota, dan Bude Rum mengajakku untuk kesana.
Aku lemas dan tertunduk lesu, baru saja rumah tanggaku akan bahagia, tapi cobaan baru datang menyapa.
Ibu sehat saja, gaji Mas Pamuji lebih banyak kesana, apa lagi nanti jika ibu stroke. Pembagian gaji yang Mas Pamuji katakan semalam sepertinya akan kembali gagal.
Aku sedih ibu sakit, tapi aku merasa lebih sedih karena b