Si lelaki juga menyadari keberadaan Tiffany. Matanya spontan disipitkan. Nada bicaranya juga sangat tidak bersahabat. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”
Tiffany tersenyum dingin. “Kalian saja boleh ke sini, kenapa aku nggak boleh ke sini?”
“Tentu saja boleh!” balas si lelaki dengan ekspresi sinis.
Wanita di samping lelaki merangkul lengan si lelaki dengan erat. Dia pun berkata dengan mengerutkan keningnya, “Johnson, dia Nona Tiffany, ya?”
Johnson membalas dengan ketus, “Benar.”
Si wanita mengamati sosok Tiffany, lalu berkata pada Johnson dengan tersenyum, “Ternyata kamu bohong sama aku. Kamu bilang Nona Tiffany jelek banget, nggak jago berpakaian dan juga berdandan, bagai upik abu saja. Jelas-jelas Nona Tiffany orangnya cantik sekali!”
Johnson kembali tersenyum sinis. “Apa cantik? Kenapa aku merasa dia yang sekarang masih sama dengan sebelumnya? Seperti patung saja, tidak menarik!”
Kedua orang saling menyindir. Setiap ucapan yang dilontarkan sedang menghina Tiffany. Raut wajahnya seketika