Lizbeth membeku. Ia tidak salah dengar, Lucien ingin memajukan pernikahan mereka. Lizbeth tahu, keputusan Lucien bukanlah main-main, Semua itu atas pertimbangan yang matang.
“Kau bilang— dimajukan?” ujar Lizbeth, suaranya pelan, nyaris tak terdengar. Ada kecemasan samar di sorot matanya.
Lucien mengangguk sekali, perlahan, sebelum menangkup kedua tangan Lizbeth. “Lilibeth, aku tahu kamu akan berpikir ini terburu-buru, tapi aku tidak peduli lagi dengan penilaian siapa pun. Kita akan menikah. Bukan hanya karena bayi ini—” Lucien menyentuh perut Lizbeth lembut, “tetapi karena aku mencintaimu. Karena aku tidak ingin menunda hari di mana dunia akan mengakui kamu sebagai istriku.”
Lizbeth tertunduk, matanya panas. Kehamilannya memang belum lama, tetapi semua kenyataan itu membuatnya cepat lelah secara fisik maupun emosional. Ia tahu Lucien melindunginya mati-matian, bahkan mungkin berlebihan. Tapi inilah cinta Lucien untuknya.
“Aku hanya takut,” ucapnya lirih. “Takut kamu melakukannya karen