“Manda, aku memang menyembunyikan komunikasi kita. Namun, itu kulakukan bukan karena ada apa-apa. Itu karena alasan aku berbohong tidak cerita tentang pertemuan pertama kita. Jadi, jangan salah paham. Aku membantumu juga sebatas karena teman lama.” Galih menggeleng saat Amanda menyuapinya kembali.
“Aku tahu.” Amanda mengulas senyum. “Memangnya kamu berpikir apa? Aku juga melakukan ini semua karena rasa peduliku sebagai teman. Andai kamu tahu aku sakit dan sendirian, apa kamu akan membiarkan aku begitu saja tanpa pertolongan? Tidak ‘kan?” Amanda menghela napas lega saat Galih akhirnya mau makan kembali.
“Sudah.” Galih menggeleng setelah beberapa kali suapan. Lidahnya terasa pahit. Dia memaksakan makan agar bisa minum obat. “Terima kasih ya, Manda? Maaf merepotkan. Kamu mau pulang kapan? Mohon maaf bukan mengusir, tapi ini sudah malam.” Galih menggigil setelah minum obat. Dia mengucapkan terima kasih kembali saat Amanda menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal kembali.
“Tidurlah dulu b