Dalam kepanikan, dia tidak tahu sudah menelan berapa banyak obat. Dia hanya memperkirakan jumlahnya sudah cukup, lalu terbaring di lantai menunggu efek obat mulai bekerja.
Setengah jam berlalu, rasa pahit di mulutnya masih belum hilang.
Alyana menatap langit-langit, merasakan dengan jelas bagaimana rasa sakit itu perlahan-lahan surut.
Dia teringat saat hari itu berbicara lewat telepon dengan Jacob, dia sempat bertanya apakah dosis obatnya bisa ditingkatkan.
Nada suara Jacob seketika berubah serius. "Nona Alyana, jujur saja, apa belakangan ini frekuensi sakit kepalanya makin sering?"
Menghadapi seorang dokter, Alyana hanya bisa menjawab dengan jujur, "Mm, beberapa kali aku sampai terbangun tengah malam karena sakitnya, dan rasanya lebih parah dari sebelumnya."
"Dokter Jacob, aku nggak ingin melanjutkan kemoterapi. Nggak perlu diperiksa pun aku tahu kondisiku pasti makin memburuk."
"Sisa waktu yang kupunya nggak banyak, biarkan aku melakukan hal-hal yang benar-benar kuinginkan. Jangan me