POV Radit
Tidak sia-sia aku mencari kontak Alina. Ya, meskipun bukan nomor pribadi setidaknya aku masih bisa berbicara padanya. Justru ada keuntungan tersendiri bagiku dengan nomor bisnisnya ini. Setidaknya bila dia memblokir nomorku yang ini, aku masih bisa menghubungi dengan nomor yang lainnya.
Mumpung Desti sedang sibuk di toko. Aku akan menelpon Alina. Alasannya sih menanyakan Wildan. Sejujurnya aku ingin mendengar suara wanita yang masih ada namanya di sudut hatiku yang lainnya.
Yes … terhubung. Hatiku berdebar tak karuan. Layaknya anak abege yang mau bertemu pacarnya.
"Dengan Langgeng catering di sini. Ada yang bisa kami bantu?" Sial, ini bukan suara Alina. Mungkin, asistennya.
"Bisa bicara dengan Bu Alina?" Aku harus bisa bicara dengan mantan istri pertama itu.
"Ini dari siapa?" Pertanyaan gadis itu sangat menjengkelkan. Apa susahnya sih langsung dikasihkan ke Alina tanpa harus bertanya dari siapa? Ibunya Wildan pasti akan menolak bila tahu ini dari aku.
"Langsung saja kasihk