"Kau terlalu berani memprovokasi para pria, Line. Jika ada yang salah mendengar ucapanmu di tempat seperti ini, kau tak akan bisa lari," Dyon memperingatkan Gruzeline, suaranya sedikit meninggi di atas musik remix yang menggelegar dari sound system klub malam itu. Bau parfum dan keringat bercampur dengan aroma alkohol memenuhi udara, sementara cahaya lampu disko berkedip-kedip, menerpa wajah-wajah yang setengah mabuk. Rasio pria dan wanita di sini sangat timpang, membuat Gruzeline tampak seperti bunga yang mekar di tengah padang pasir.
Gruzeline terkekeh, senyumnya meremehkan. "Maka aku akan meminta bayaran yang sangat mahal, seperti pulau pribadi misalnya," katanya, matanya berkilat nakal. Ia memainkan untaian kalung berliannya, cahaya lampu memantul indah di permukaannya.
"Baiklah, jika seperti itu. Maka, aku yang akan membayar keperawananmu," sahut Dyon, nada kesalnya tak terselubung. Ia meneguk sisa minumannya, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.
Sekitar mereka, teman-tema