Jam dinding antik menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Rafael melirik jam tangannya; obat tidur masih belum sepenuhnya bekerja. Kegelisahan menggerogoti kesabarannya. Namun, senyum licik merekah di bibirnya saat menyadari waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ia bangkit dari sofa beludru tua yang empuk, lalu kembali ke ranjang king-size tempat Gruzeline tertidur pulas, tak menyadari apa yang akan terjadi.
Cahaya remang-remang dari lampu tidur menerangi wajah Gruzeline yang tenang. Rafael membelai lembut kulit leher jenjangnya yang putih bersih, jari-jarinya menyentuh lekuk tubuh Gruzeline yang menggoda. Sentuhan telunjuknya yang lembut menjelajahi pipi, mata, hidung, dan bibir Gruzeline yang penuh. Ia seakan tak percaya, wanita sempurna ini, wanita yang mampu membangkitkan gairahnya yang terpendam, ada di sini, dalam jangkauannya.
"Apa yang membuatmu selalu di sisiku? Apa yang membuatmu begitu sempurna untuk memuaskanku?" bisiknya, sebelum mencium bibir Gruzeline dengan penuh