Rafael kembali ke klub malam May's On, namun wanita penari pujaannya tak ada. Lampu remang-remang panggung menyorot penari pengganti, tubuhnya lentur, namun gerakannya tak mampu membangkitkan sedikit pun gairah dalam dirinya. Rafael hanya melihat tontonan monoton itu, kontras dengan suasana penonton yang bergairah; erangan dan desahan memenuhi ruangan, membakar telinganya, bukan dengan hasrat, melainkan dengan amarah.
Amarahnya membuncah. Bukan hanya telinganya yang terasa terbakar, tetapi juga api frustasi yang berkobar di dadanya. Ia datang untuk melepaskan hasrat, bukan untuk menyaksikan pertunjukan hambar yang sama sekali tak mampu membangkitkan birahinya. Ia merindukan sentuhan khusus, sentuhan wanita yang mampu membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, jauh di bawah sana.
Rafael mendengus, meninggalkan klub sebelum pertunjukan berakhir. Ia melepaskan dasi, kerah kemeja terasa mencekik. Kekecewaan membuncah; ia datang untuk melepaskan hasrat, namun yang ia dapat hanyalah tonton