Share

Chapter 10

Author: Pejuang Pena
last update Last Updated: 2025-05-16 00:07:23

Gruzeline memasukkan tas dan barang-barangnya yang telah kembali ke dalam unit apartemen nya. Namun, pikirannya masih melayang pada mobilnya. Apakah mobilnya benar-benar sudah kembali, atau hanya kuncinya saja yang ditemukan? Dengan hati berdebar, ia melangkah masuk ke dalam lift yang masih sepi. Senyum tipis terukir di bibirnya, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Ku harap, mobilku benar-benar kembali," gumamnya lirih, suaranya hampir tenggelam oleh dengungan lembut mesin lift. "Jadi aku tidak perlu membeli mobil baru lagi dan menguras tabungan."

Gruzeline tak sabar menunggu lift sampai di lantai dasar. Begitu pintu lift terbuka, ia langsung berlari kecil keluar, langkahnya tergesa-gesa. Tanpa sengaja, ia menabrak seorang wanita paruh baya yang hendak masuk ke lift di sebelahnya. Wanita itu mengenakan mantel bulu berwarna krem yang tampak hangat dan elegan. "Ah, maafkan saya," Gruzeline langsung meminta maaf, wajahnya memerah karena malu. Ia segera membantu wanita it
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Little Secret     Chapter 37

    "Ya, Tuan," Timothy mengamati sekeliling ruangan Rafael dengan nanar. Pemandangan yang menyambutnya adalah kekacauan total. Pecahan kaca berkilauan di lantai, sobekan kain melapisi sofa yang kehilangan bentuknya, dan buku-buku berserakan seperti korban perang. Hanya meja kerja Rafael yang kokoh dan lemari besar di sudut ruangan yang tampak selamat dari amukan tersebut.{"Apakah ini cinta, ataukah obsesi yang sudah melewati batas?"} Timothy membatin, rasa kasihan tiba-tiba menyelinap dalam hatinya. {" Jika Gruzeline benar-benar harus menikah dengan Rafael, mampukah wanita itu bertahan?"} Kemarahan Rafael memang mengerikan, sebuah kekuatan destruktif yang mampu menghancurkan benda apa pun di jalurnya, bahkan mungkin melukai seseorang. Timothy ingat, Rafael pernah beberapa kali mengunjungi psikolog atas saran orang tuanya. Namun, setiap diagnosis selalu sama. Rafael secara mental sehat, tidak ada gangguan kejiwaan yang bisa menjelaskan emosinya yang meledak-ledak dan berbahaya itu."Sia

  • Little Secret    Chapter 36

    "Ayolah, kau akan mati kebosanan jika terus mengurung diri di mansion ini." Marvel bersikeras, berusaha membujuk Gruzeline untuk menemaninya ke kantor pagi ini. Nada suaranya sedikit meninggi, namun masih terdengar lembut.Semalam, setelah Gruzeline membuka diri dan menceritakan segala suka duka kehidupannya jauh dari tanah kelahiran, Marvel menangkap satu hal penting: Gruzeline sebenarnya tidak betah berlama-lama di dalam rumah. Kesepian adalah musuh terbesarnya."Aku sedang tidak ingin kemana-mana, Marvel. Aku masih mengantuk..." jawab Gruzeline dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Ia menarik selimut tebalnya, berusaha menutupi seluruh tubuhnya dari dinginnya pagi.Namun, Marvel tidak menyerah. Dengan gerakan cepat, ia menarik paksa selimut itu dari tubuh Gruzeline. Tanpa peringatan, pria itu mengangkat tubuh Gruzeline ke dalam gendongannya, membawanya menuju kamar mandi mewah mereka."Akh! Marvel!" jerit Gruzeline kaget, kedua tangannya melingkar erat di leher Marvel. I

  • Little Secret    Chapter 35

    Gruzeline dan Marvel duduk di ruang keluarga yang sunyi. Televisi menyala, menayangkan program siang yang ramai, namun tak seorang pun memperhatikannya. Suasana tegang menyelimuti ruangan. Marvel menatap Gruzeline dengan tatapan intens, seakan ingin membaca isi hatinya. Enam tahun telah berlalu, enam tahun Marvel mencari Gruzeline tanpa henti, mengirim orang kepercayaannya ke berbagai tempat, namun semua upaya itu sia-sia."Jadi, ke mana kau pergi selama ini?" Marvel akhirnya memecah kesunyian, suaranya berat, mencerminkan kerinduan dan kecemasan yang terpendam.Gruzeline menunduk, jari-jarinya memainkan ujung roknya. "Ceritanya panjang," jawabnya lirih, suaranya sedikit bergetar."Katakan," Marvel mendesak, suaranya terdengar lembut namun penuh harap. "Aku akan mendengar semuanya."Gruzeline menarik napas dalam-dalam, kemudian mulai bercerita. Ia menceritakan semuanya, dari niatnya untuk kabur, perjalanan panjangnya, hingga keputusannya untuk kembali. Namun,

  • Little Secret    Chapter 34

    Kepala pelayan tua itu, Nenek Ros, segera menuntun Gruzeline masuk ke dalam kediaman megah Marvel, rumah bergaya kolonial Belanda yang megah dengan lampu-lampu kristal yang berkilauan. "Tuan pasti sangat gembira, Nona, mengetahui Anda telah kembali," ucapnya, suaranya bergetar menahan haru. Air mata berlinang di sudut matanya yang keriput.Gruzeline tersenyum simpul, merasakan kehangatan tangan Nenek Ros yang menggenggam erat tangannya. Nenek Ros menarik Gruzeline masuk ke dalam, langkahnya tak sabar. Aroma kayu jati tua dan parfum mahal tercium samar."Tuan benar-benar kacau, Nona Gruzeline. Dia menghancurkan dirinya sendiri dengan minuman keras dan wanita-wanita penggoda," bisik Nenek Ros, suaranya berdesir seperti daun kering yang tertiup angin. Rasanya beban berat terbebani di pundaknya."Apakah Paman sekarang bersama seorang wanita?" tanya Gruzeline, saat mereka tiba di ruang tengah yang luas, dihiasi permadani Persia dan lukisan-lukisan tua. Aroma alkohol samar tercium dar

  • Little Secret    Chapter 33

    Makan malam terasa hambar bagi Gruzeline. Tatapannya kosong, menyapu hidangan di atas meja makan yang terbuat dari kayu gelap, ukirannya rumit. Aroma makanan, biasanya favoritnya, kini terasa tak menggugah selera. Margaret, dengan senyum lembut, menyodorkan sepiring kecil makanan—resep rahasia neneknya—kesukaan Gruzeline. "Cobalah, Tante membuatnya khusus untukmu," bisik Margaret, suaranya hangat. Gruzeline menerimanya, jari-jarinya gemetar sedikit. Ia hanya menyuap sedikit, matanya menerawang ke luar jendela, menatap lampu-lampu kota yang mulai berkelap-kelip di kejauhan. "Aku selesai," ucapnya singkat, suaranya datar, sebelum berlalu meninggalkan ruangan yang tiba-tiba terasa sesak. Evan menghela napas panjang, menatap punggung Gruzeline yang menjauh. Margaret meraih tangan suaminya, jari-jarinya yang lembut menenangkan. Senyumnya, meski tipis, menunjukkan kelegaan. "Setidaknya dia mau memakan masakan ku," katanya lirih, suaranya penuh harap. Margaret merasa sedikit lega. Meskipu

  • Little Secret    Chapter 32

    Perjalanan panjang yang melelahkan akhirnya berakhir. Pesawat pribadi mendarat mulus di landasan bandara, mengakhiri perjalanan Gruzeline dan ayahnya. Gruzeline turun dari pesawat, langkahnya terukur dan tenang, namun wajahnya datar, dingin seperti es. Tempat kelahirannya, yang dulu terasa begitu hangat, kini terasa asing dan jauh.Enam tahun lalu, ia meninggalkan negara ini dengan hati yang hancur, luka dan trauma masih membekas dalam ingatannya. Kini, ia kembali, bukan karena kerinduan, melainkan untuk melarikan diri dari bayang-bayang masa lalu yang mengerikan.Di luar pesawat, berjajar rapi pengawal pribadi Evan, menyambut kedatangan tuan dan nona muda mereka. Gruzeline melewati mereka tanpa menoleh, bahkan pada Hans, tangan kanan Evan, pria yang ikut terlibat dalam rahasia kelam ayahnya, rahasia yang telah lama disembunyikan."Selamat datang kembali, Nona Muda," sapa Hans, suaranya hormat, tubuhnya membungkuk dalam. Tatapannya seolah menembus Gruzeline, mel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status