"Jawab, Mar!" Ibu membentak Mas Damar. Baru kali ini selama 15 tahun lebih, ibu membentak menantunya itu.
"Kamu, Fat! Kenapa tak jujur sama Ibu. Dia itu telah menodai sucinya pernikahan dan kamu ... Justru memasukan dalam istanamu!" Ibu mengeleng keras. Pasti ibu sangat kecewa dengan apa yang aku lakukan.
"Bu, semua tak seperti yang Ibu pikirkan!" Mas Damar berusaha membela diri. Nyatanya memang dia tetap saja salah. Apapun alasannya.
"Terus apa? Apa namanya lelaki yang berkhianat! Dia tak lebih dari lelaki yang pengecut!" Ibu berdecis.
Mas Damar terlihat frustasi. Mungkin ia merasa begitu tersinggung atas apa yang baru saja di ucapkan oleh Mertuanya.
"Pokoknya, kamu ceraikan Tari, atau aku bawa pulang Fatwa!" ancam Ibu. Tentu aku terpana. Tak menyangka jika Ibu semarah ini.
"Bu!" Aku mencoba menenangkan Ibu.
"Diam kamu, Fat! Kamu itu terlalu membela dia, terlalu patuh padanya dan terlalu cinta. Hingga membuat kamu buta, bahwa laki-laki yang dulunya kere! Sekarang bisa seperti ini kar