Aku kembali menata bantal. Mungkin tadi hanya mimpi. Aku menepuk bantal saat suara tangisan Wulan terdengar.
"Jangan pergi, Ayah! Jangan tinggalin Wulan!" tentu aku terperanjat. Suara itu dengar jelas.
"Wulan!" Bergegas aku sadar jika itu benar Wulan. Wulan sudah pulang dan mungkin melihat ayahnya yang akan pergi. Kenapa baru mau pergi! Padahal cuma berkemas.
Segera aku mengambil kruk. Terdengar suara Wulan yang terus meminta ayahnya untuk tak pergi.
"Jangan tinggalin Wulan, Ayah! Jangan ... Wulan ngga mau hidup seperti teman Wulan!" Aku trenyuh. Tau apa yang di sampaikan anak bungsuku itu.
"Ayah, jangan mau ikuti pelakor itu! Mbak! Kenapa Mbak rebut Ayah dari Bunda! Padahal, Bunda dulu baik sama Mbak! Merawat Mbak sakit sampai sembuh! Tahu begitu dulu aku racun kamu, Mbak!" sontak aku menganga. Bagaimana Wulan bisa berkata tentang racun? Anak kelas enam SD itu seolah tahu. Apa mereka benar dewasa sebelum waktunya? Atau hanya karena keadaan?
Ibu dan Mbak Ani menghampiri mereka juga. A