Malam semakin larut, dan langkah kaki Zera menggema saat dia berjalan melewati lorong panjang menuju kamarnya. Kata-kata Dante masih terngiang dalam benaknya—tentang pengkhianatan, rencana besar, dan posisinya yang vital dalam permainan ini. Semuanya terasa seperti jebakan yang rumit, dan dia kini berada di tengah-tengahnya, tak tahu siapa yang sebenarnya bisa dipercaya.
Saat mencapai pintu kamarnya, Zera tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak beres. Udara di sekitar terasa tegang, seolah ada sesuatu yang mengintai dalam bayangan. Nalurinya segera waspada. Dia berhenti di depan pintu, menajamkan pendengarannya.
Hening.
Namun, hening yang terlalu mencurigakan.
Dengan hati-hati, Zera meraih kenop pintu dan membukanya pelan. Ketika pintu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada bayangan yang berdiri di sudut ruangan. Seorang sosok. Wajahnya tersembunyi dalam kegelapan, tapi Zera bisa merasakan tatapan tajam yang mengawasinya.
"Siapa di sana?" Zera bertanya, suaranya tegas meski detak