Telunjuk yang tadi terangkat, kini diturunkan kembali. Wanita itu memalingkan wajah jengkel, bisa-bisanya dia maling di saat dirinya sedang emosi yang sampai meletup-letup bagaikan gunung merapi.
Menjengkelkan!
"Nih, tetesin dulu mata kamu."
Rania hanya diam.
"Udah... Jangan marah terus."
Dia melirik sedikit, kemudian dengan secepat kilat mengambil obat tetes mata itu dan bergegas pergi ke luar dengan sedikit berlari.
Membuat Aldi yang melihat itu terkekeh geli. Cerocosan istrinya, membuat semangat bekerja kembali.
Andai sudah waktunya, ia ingin mengumumkan siapa Rania sebarnya, agar ia bisa bekerja sambil ditemani dengan manja oleh sang istri, bisa bekerja sambil memandang wajah sang istri. Sungguh... Romantis sekali.
Jam pulang kerja sudah tiba, semua orang di kantor bersiap untuk pergi. Kecuali Rania yang masih bekerja karena tanggung sedikit lagi kerjaannya selesai.
Anisa yang melihat wanita itu masih fokus pada layar laptop, ia mengajak sang teman untuk pulang. Namun Rania me