Malam Pertamaku yang Kedua

Malam Pertamaku yang Kedua

last updateLast Updated : 2025-04-13
By:  Uni TariOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
33Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Rania harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya meninggal dunia akibat penyakit yang selama ini menggerogoti tubuhnya. Namun di tengah kesedihannya, sebuah wasiat yang ditinggalkan membuat hidup Rania berubah: dia harus menikahi Aldi, sahabat suaminya, setelah masa iddahnya selesai! Lantas, bagaimana nasib Rania dan Aldi? Mampukah keduanya membangun rumah tangga bersamadan membesarkan Azka--anak Rania dan almarhum suaminya-tanpa bayang-bayang masa lalu?

View More

Chapter 1

Wasiat Andika

"Buka ba junya."

"Pelan-pelan, ya, nanti sakit."

"Iya... Ini juga pelan-pelan, Sayang. Kalau gak mau ngerasain sakit, kamu merem, ya, jangan diliat."

"Gak papa, aku kan udah gede."

"Lain kali jangan main di sana lagi, ya. Itu perosotannya udah jelek, ke gores kan pundak kamu."

Anak kecil berusia empat tahun itu mengangguk. Ia sedikit meringis saat sang Bunda mengoleskan obat luka.

"Udah Bunda perban, sekarang Azka masuk kamar, ya."

"Aku gak tidur sama Bunda lagi?" Raut wajah anak itu berubah sedih, ia berpikir malam ini akan tidur di dalam pelukan sang ibu.

Rania tersenyum, ia mengelus pipi sang anak lembut. "Maaf, ya, Bunda harus ke rumah sakit lagi malam ini. Azka sama Mbok Nem ya di rumah."

"Memangnya Ayah belum bisa pulang?"

"Belum, Sayang, doain ayah segera sembuh, ya. Biar kita bisa tidur bersama lagi."

Azka mengangguk, ia kemudian pergi ke kamarnya setelah mengecup pipi sang Bunda, ia meminta Mbok Nem untuk menemani tidurnya.

Dan Rania, ia bergegas ke rumah sakit untuk menemani sang suami yang masih terbaring lemah di sana, sudah setahun ini suaminya sakit lalu sembuh dan kemudian sakit lagi. Terus seperti itu sampai pada akhirnya kini ia sangat drop dan sudah dua minggu di rawat tapi belum ada perubahan.

Dengan motornya Rania melaju, setengah perjalanan ia menepi dulu karena ponselnya berbunyi.

Ternyata dari pihak rumah sakit, Rania menerima telpon itu dan bilang bahwa dia segera kembali. Namun, perkataan pihak rumah sakit membuat badan Rania melemas, ia memegangi dadanya yang terasa sesak.

Sang suami... telah meninggal dunia.

"Gak mungkin, Dok. Tadi siang suami saya masih baik-baik saja!"

"Ibu segera ke kami, ada yang ingin kami sampaikan lebih dalam."

Antara sadar dan tidak, Rania melajukan motornya dengan cepat, sesampainya di rumah sakit ia bergegas ke kamar sang suami yang ternyata sudah ada orang di sana.

Tangisan histeris Rania membuat dokter dan perawat di sana diam dan ikut prihatin, juga ada temannya sang suami yang juga ada di sana.

"Turut berdukacita, Rania, maaf tadi saya ke sini gak ngasih tau kamu dulu. Pihak rumah sakit menelpon saya atas permintaan Andika."

Wanita itu hanya diam dengan tatapan yang sendu pada sang suami. Ia mengusap wajahnya sebelum Andika dimasukan ke ruang mayat terlebih dahulu.

"Ibu Rania, bisa ikut bersama kami."

Wanita itu mengangguk, di temani dengan Aldi ia masuk ke ruangan dokter. Rania sudah mengeluarkan ponselnya karena ia pikir akan diminta untuk membayar rumah sakit.

Namun, dokter malah menunjukan sebuah video, yang di mana isi video itu adalah Andika.

"Rania... Istriku. Mas minta maaf kalau selama ini sudah sangat banyak merepotkan kamu. Mas sangat beruntung sekali mempunyai istri seperti kamu, Sayang. Sayang, kalau umur Mas tak lama lagi, ada hal yang ingin dipinta darimu. Tolong... jangan berat hati untuk melepaskan Mas, jangan terus-terusan bersedih setelah Mas gak ada. Sayang... Setelah, kepergianku, setelah masa iddahmu selesai, tolong menikahlah dengan Aldi, hanya dia yang Mas percaya yang bisa mengurus kamu dan Azka dengan baik. Mas tak mau Azka kehilangan sosok seorang Ayah, Aldi adalah pria yang baik, ia pasti bisa membahagiakanmu lebih-lebih dari Mas. Makasih ya, Sayang... Mas akan bahagia jika melihat kalian bersatu nanti—"

"Mas!" Rania mengusap ponsel itu saat video ditutup tiba-tiba karena Andika terbatuk dan nampak kesakitan di bagian dada.

Dokter dan Aldi hanya diam memberikan ruang untuk Rania meluapkan semua isi hatinya melalui tangisan.

Tak lama, wanita itu menatap Aldi, membuat pria itu juga menatapnya dengan sangat prihatin.

"Maaf, Rania... aku juga benar-benar tidak tau tentang video itu. Tapi tadi sebelum Andika menghembus napas terakhirnya, ia memohon dengan tangisan yang sangat menyedihkan, untuk aku menikahi dirimu setelah ia pergi. Dan maaf, karena kasih sayangku pada Andika, yang di mana dia lah dulu yang selalu menolongku di saat aku susah. Aku... menerima permintaannya."

Rania memejamkan mata dengan tangan yang mengepal di atas meja. Air mata mengalir tanpa henti.

Ia dilema....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Anindira Aulia
bagus seru ceritanya beneran gg bo ong
2025-03-27 23:35:21
0
33 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status