Bab 19
Aku mengeraskan tungkai. Berusaha berdiri kokoh di saat semua otot tiba-tiba melemah.
"Kau terlalu, Feli. Kenapa menakutiku di tempat seperti ini?" Gemetar aku berucap.
"Kau takut?" Ia menyeringai. Kulihat bentukan giginya berubah aneh. Gingsul semua.
"Aku hanya ingin berteman, tolong jangan jadikan aku musuhmu!" Walau takut, aku berusaha meyakinkannya.
"Kalau mau jadi temanku, kau harus terbiasa melihat wujudku ini," ujarnya kemudian mengulang tawa yang mengerikan, "Kikikkk ... kikikikkk ... kikikk ...."
Aku berusaha menatapnya senormal mungkin. Menyembunyikan rasa aneh, ngeri, dan seram yang meracau pikiran. Aku tak mungkin melawan Feli di hutan begini. Tak mungkin menang. Lagi pula, ini juga belum saatnya.
"Baiklah, aku siap dengan segala wujudmu. Aku akan membiasakan diri!"
"Benarkah?" tanya Feli dengan kornea yang memutih total dan lingkaran mata yang kian legam. Mirip saat Helga kerasukan.
"Ya," jawabku mantap.
Aakkk ... aakkk ... aaakkkkk ....
Kelabakan, aku pun mundur