Di dalam gedung Nova Education Center yang berdiri tegak di pusat kota, Aslan berjalan cepat. Lelaki itu menyusuri koridor menuju ruang rapat. Setelan jas dengan dasi biru gelap membalut tubuhnya, sementara jemarinya menenteng map hitam berisi dokumen yang telah disusun dengan cermat.
Di belakang Aslan, manajer pemasaran, Pak Raymond, mengikuti dengan langkah lebar. Lelaki paruh baya itu merupakan salah satu sosok yang diam-diam memberi ruang bagi Aslan untuk menjejak lebih dalam ke jantung perusahaan.
Pintu ruang rapat terbuka otomatis begitu mereka mendekat. Di dalamnya, tiga orang anggota dewan direksi telah duduk berjajar: Tuan Ferdian, seorang pria berkepala empat dengan pandangan tajam; Ibu Marissa, wanita cerdas yang dikenal tegas dalam urusan korporat; serta Tuan Edwin, yang sangat piawai dalam menimbang risiko bisnis.
Tuan Ferdian menatap Aslan dari balik kacamatanya. Ia membuka pertemuan dengan nada tanya yang langsung tertuju ke inti.
“Ada urusan mendesak apa, Aslan? Rapat