Zayn terdiam. Kata-kata Qiana barusan cukup ngena buatnya. Ia menatap wajah istrinya, berusaha membaca apa yang sebenarnya ada di balik sorot mata itu. Bukan hanya marah atau cemburu, ada sesuatu yang lebih dalam.
Qiana menarik napas panjang, lalu menunduk sebentar sebelum menatap Zayn lagi. Kali ini matanya serius, tak ada lagi gurauan atau kelakuan jahil.
Kak...” suaranya sedikit bergetar. “Aku tuh pernah nyesel banget dulu. Waktu sama mantan aku. Aku terlalu cuek, terlalu percaya, terlalu nganggep semuanya bakal aman aja. Padahal di belakang aku, ada orang lain yang deketin dia. Aku anggap sepele... aku pikir gak akan kejadian apa-apa.”
Zayn memandangi Qiana, mulai menangkap maksudnya. Namun ia membiarkan Qiana melanjutkan.
“Aku nggak ngelawan, aku diem aja waktu itu. Aku gak jaga apa yang seharusnya aku jaga. Aku nggak ngelindungin hubungan aku sendiri. Dan tau gak, Kak? Ujungnya aku mereka selingkuh diam-diam. Aku dikhianati, dan dia lebih pilih cewek itu.” Suara Qiana mulai