"Hanya pengasuh, Umi. Saya masih berusaha mencari ibu susu untuk mereka."
Umi Euis menatap bayi-bayi itu dengan sayang, jemarinya mengusap dahi mungil mereka. "Ya Allah… kasihan cucu-cucu Umi ini." Suaranya lirih, seperti doa. "Semoga kalian tumbuh menjadi anak-anak yang saleh dan salehah."
"Aamiin." Baim menjawab cepat.
Umi Euis mengangkat wajah, menatapnya dengan bangga. "Tentu saja mereka akan menjadi anak yang kuat, seperti papanya. Kamu sudah membuktikan itu, Nak. Yatim piatu sejak remaja, tapi lihatlah sekarang… kamu sukses."
Baim tersenyum kecil. "Alhamdulillah, Umi. Semua ini juga berkat doa Umi dan adik-adik di panti ini."
Umi Euis mengusap lengan Baim yang kekar. Matanya basah. "Umi bangga padamu, Nak. Meski sudah sukses, kamu nggak pernah melupakan kami di sini."
Baim menatapnya lembut. "Bagaimana mungkin saya melupakan Umi yang pernah merawat saya di sini?"
Umi menggeleng, suaranya sedikit bergetar. "Ah&helli