Tapi Hayati tak menghentikan langkahnya.
"Ayu, sudah..."Sebuah tangan kuat menariknya berdiri. Jaka. Wajahnya penuh penyesalan, tapi juga ketidakberdayaan."Mas, tolong lakukan sesuatu..." suara Ayu pecah. "Tolong bantu aku bawa pulang jenazah Bintang. Aku mohon, Mas..."Dari kejauhan, suara Hayati menggema, penuh perintah. "Jaka! Cepat kembali ke ruang tamu!"Jaka menunduk, ragu. Lalu, dengan gerakan cepat, ia menyelipkan sesuatu ke tangan Ayu—sebuah kartu ATM."Ayu, maaf... Aku nggak becus jadi suami maupun ayah."Ayu menatap kartu itu. Jemarinya bergetar saat menyentuhnya."Ini nggak banyak... Hanya lima juta. Semoga bisa sedikit membantu.""Jaka!" Hayati kembali memanggil, kali ini lebih keras.Jaka menatap Ayu sejenak, lalu melangkah mundur. "Aku ke depan dulu. Maafin aku..."Dan seperti itu saja, ia pergi, meninggalkan Ayu bersama Maharani di ruang keluarga yang terasa semakin d