Rani semakin penuh amarah. Matanya memerah. Ia kembali meraih rambut Ayu dengan kasar. "Masih berani bicara kau ya..."
Namun dengan cepat, Narendra menarik tangannya. "Sayang... Sudahlah. Nanti kalau dia terluka, kamu bisa kena masalah."
Seketika, Rani menghentikan aksinya. Meski dalam hatinya masih tersimpan kemarahan yang begitu besar.
Ruangan yang tadinya penuh dengan ketegangan kini perlahan senyap. Hanya suara napas tertahan yang terdengar di antara mereka.
Ayu masih terduduk di lantai, tangannya mencengkeram perutnya, menahan nyeri yang semakin menjadi. Matanya terus menatap Jaka, berharap ada sedikit keberanian dalam dirinya untuk berpihak kepadanya.
"Mas..." suaranya bergetar. "Anak kita sedang butuh kita sekarang. Dia sedang berjuang untuk bisa hidup lebih lama. Tidakkah kamu kasihan padanya, Mas?"
Jaka mengepalkan tangannya, tubuhnya menegang, tapi tetap tak bergerak.
Ketidakmampuannya melawan Hayati dan keluarganya membuatn