Sementara dr. Ahmad memberi penjelasan, Anjani justru sibuk terkagum dan mengucap syukur sedalam-dalamnya, sebab telah dipertemukan dengan majikan yang begitu baik padanya.
"An, kamu dengar saya, kan?" tanya dr. Ahmad saat mendapati Anjani tak kunjung memberi respon terhadap sarannya.
"Saya dengar, Bib." Anjani terkesiap, dan segera menjawab.
"Jangan terlalu fokus memandangi saya seperti itu, An, nanti kamu bisa naksir sama saya," goda dr. Ahmad membuat pipi Anjani bersemu merah. Hal itu tentu saja membuat dr. Ahmad kembali bereaksi sebagai seorang lelaki yang menaruh harap untuk memiliki.
"Ya Allah, An, saya semakin tak sabar untuk segera halal membelai pipi kamu yang memerah seperti itu. Tak sabar ingin segera merasakan hangatnya dengan jari jemari dan bibir saya ini," batin dr. Ahmad diiringi degub jantung yang saling bersahutan bak suara gendang ditabuh.
"Astaghfirullah." dr. Ahmad beristighfar dalam hati kemudian mengalihkan pandangannya dari Anjani yang sedang tertunduk malu-mal