Sinopsis Diceraikan di malam pertama serta dipermalukan sebagai wanita yang tidak sempurna, membuat Anjani terluka sedalam-dalamnya. Juragan Supeno–Lelaki 45 tahun yang menjadikannya istri ke-dua sebagai penebus hutang pamannya itu mengumbar aibnya di depan khalayak ramai. Ia menyatakan Anjani cacat sehingga tidak bisa melayaninya sebagai seorang istri. Gadis kalem yang merasa terinjak-injak harga dirinya itu merasa perlu membuktikan pada semua orang bahwa dia bukan wanita yang lemah, yang bisa diremehkan hanya karena tidak memiliki harta benda. Berangkat dari rasa sakit di hatinya, Anjani bertekad untuk menyusun jalan hidupnya, mencari pekerjaan untuk membuktikan pada semua orang bahwa ia tak pantas diremehkan. Perjalanan hidup yang pelik membawanya kepada sebuah pekerjaan yang mempertemukannya dengan Ahmad–seorang dr. Sp.OG. Apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana kelanjutan nasib Anjani? Bagaimana rencana yang Anjani susun untuk membalaskan sakit hatinya? Baca juga karya Pena_Zahra yang lain : - Setipis Benang Sutera (Tamat) - Cinta Satu Malam - Pesona Om Bujang Lapuk ( TAMAT)
View MoreBab 1
Berkalung Luka di Malam Pertama"Enyah kau dari sini! Dasar perempuan nggak guna, Cacat! untuk apa aku menikahi gadis sepertimu? percuma cantik tapi nggak punya lubang! " Juragan Supeno keluar dari kamar pengantinnya dengan amarah berkobar, ia mengumpat dan mendorong Anjani–gadis yang baru saja ia jadikan istri ke-dua itu hingga tersungkur.Gadis itu hanya terisak tanpa bisa memberikan perlawanan. Ingin rasanya ia balik memaki lelaki tua di hadapannya, tetapi lidahnya mendadak kelu sebab merasakan sakit yang begitu mendalam di hatinya. Jiwanya benar-benar terguncang mendengar hinaan Juragan Supeno di depan khalayak ramai."Bisa-bisanya Supeno mempermalukan ku seperti ini? Bukankah dulu dia sendiri yang selalu mengemis agar aku bersedia menerima pinangannya?" geram Anjani dalam hati."Mulai sekarang, kamu bukan lagi istriku. Aku talak kamu, Anjani! Nggak sudi aku punya istri sepertimu! cuuuihhh, masih mending ayam betina punya lubang buat bertelor, lah kamu?" sarkas Juragan bakso itu bagai sebilah pedang menghunus hati Anjani.Suasana rumah yang memang masih ramai orang itu mendadak riuh. Semua orang saling berbisik satu dengan yang lain, mereka memandang Anjani dengan pandangan berbeda-beda.Ada yang iba, heran, bahkan ikut mencela.Sebagian besar dari mereka saling bertanya, merasa tak percaya dengan situasi yang tengah terjadi."Masa sih Anjani nggak punya itu?""Ya ampun kasihan ya, padahal cantik, tapi ternyata ....""Nasib Anjani memang kurang mujur. ""Kasihan Anjani, pasti dia malu aibnya diketahui oleh seluruh penduduk desa."Begitu lah kira-kira bisik-bisik yang terdengar oleh Anjani, membuat luka di hati akibat sabetan pedang Juragan Supeno itu bagai dibumbui oleh perasan air jeruk nipis, perih.Di antara mereka, ada juga yang hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Walau banyak dari mereka yang iba, tapi tak ada satupun dari mereka yang berniat menolong Anjani. Mereka membiarkan Anjani tersungkur di depan kamar pengantinnya dengan busana yang begitu acak-acakan.Gadis itu kini memandang juragan Supeno dengan pandangan nyalang, menyiratkan sebuah dendam yang mendalam. Dadanya sesak menahan tangis, hatinya begitu sakit menyadari perlakuan Supeno terhadapnya.Desas-desus tentang Anjani gadis tanpa lubang kenikmatan itu dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru rumah Supeno. Orang-orang yang menyaksikan langsung kejadian di TKP tak dapat berlaku apapun pada Anjani. Semua orang takut jika dianggap tidak berpihak pada Juragan Supeno. Takut jika melakukan hal yang bertentangan dengannya.Sebab hanya Juragan Supeno orang terkaya yang bisa mereka harapkan untuk memohon belas kasihan saat mereka membutuhkan bantuan. Melawan Juragan Supeno sama artinya kehilangan harapan hidup di saat kesusahan."Basuki ...! Sini kau, Basuki!" teriak Juragan Supeno menggelegar memenuhi ruangan."Mana Basuki?" tanyanya pada semua orang dengan amarah menyala bak singa yang siap menerkam musuhnya.Semua orang hanya saling pandang tanpa bisa menjawab. Sedangkan Basuki–Paman Anjani yang sejak tadi tak berani menampakkan batang hidungnya itu, kini terpaksa harus keluar dari tempat persembunyiannya."Dalem, Juragan," cicit Basuki yang menghadap Juragan Supeno dengan pandangan tertunduk."Dasar pembohong! Lihat keponakanmu ini! Nggak guna! Gadis cacat gini kau nikahkan denganku, mau main-main sama aku kau, Basuki?! Hah?!" bentak Juragan Supeno."Maaf, Juragan! Saya benar-benar tidak tahu soal itu. Selama ini saya pikir Anjani gadis normal. Saya juga baru tahu kalau dia ternyata—.""Halah, omong kosong! Aku gak mau tau. Pokoknya aku gak mau gadis ini kau jadikan tebusan atas utang-utangmu itu. Gak sudi aku!""Ampun, Tuan. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi untuk menebus hutang-hutang saya. Biarkan Anjani menjadi tebusannya. Kalau memang Tuan tidak berkenan menjadikannya istri, dia bisa menjadi pembantu di rumah ini. Beri dia pekerjaan apapun untuk menebus semua hutang-hutang kami," ungkap Basuki membuat Juragan Supeno tampak berpikir.Sedangkan Anjani, ia memandang nyalang, tak menyangka bahwa paman yang selama ini ia kira mengasuhnya dengan penuh cinta, ternyata hanya menjadikannya sebagai tebusan hutang-hutangnya."Cukup, Paman! Aku sudah menuruti permintaan Paman dan Bibi untuk menikah dengan lelaki tua ini. Dan sekarang dia sendiri yang menolakku," ucap Anjani dengan sedikit bergetar namun terdengar lantang, "jadi, jangan pernah memaksa aku untuk melakukan lebih dari ini," sambung Anjani dengan mata berkaca-kaca. Ia perlahan bangkit dari tempatnya."Anjani, jangan ngelawan kamu! Semua ini terjadi juga gara-gara kamu!" bentak Basuki, yang mulai mengungkit penyebab hutangnya pada Juragan Supeno bertumpuk adalah Anjani."Sudahlah, Anjani, terima saja nasibmu. Masih baik kamu diterima sebagai babu, dari pada nasibmu dan keluargamu terkatung-katung tak menentu?Lagian apa sih yang bisa dilakukan perempuan cacat sepertimu? Mau jadi pelacur pun tak kan laku! Hahahaha." tawa juragan Supeno menggelegar memenuhi seluruh ruangan. Perut buncitnya sampai naik turun sebab begitu lepasnya ia tertawa.Sementara Anjani semakin menekankan tangannya di dada, berusaha meredam tekanan yang terasa semakin berat di sana. Selain itu, ia melakukannya sebagai upaya untuk berusaha menutupi bagian dada kebaya yang terkoyak akibat ulah Juragan Supeno yang bermain kasar tak sabaran."Tuhan, seumur hidup aku menjaga kehormatan sebagai seorang wanita, lalu dengan entengnya dia memperlakukanku lebih rendah dari seorang pelacur? Kamu kejam, Supeno! Kau harus menebus semua yang telah kau lakukan padaku." Anjani bertekad dalam hati.Gadis yang sempat mendapatkan julukan kembang desa itu memajukan langkahnya mendekat ke arah Juragan Supeno, hingga tersisa jarak satu meter di antara mereka."Dengar ya, Juragan Supeno! Saya, lebih baik mati dengan terhormat, dari pada harus menjadi babu untuk manusia sepertimu!" Anjani berkata pelan, namun penuh penekanan."Halah! Gadis cacat saja sok bicara soal kehormatan! Kalau memang kamu mau jadi terhormat, bayar dong utang pamanmu! Miskin aja belagu!"Anjani terkesiap mendengar ucapan Juragan Supeno yang semakin terasa tajam mencincang perasaannya. Sepedih ini kah jadi orang miskin? Apakah miskin membuat seseorang menjadi tak punya harga diri?Anjani tersenyum getir menyadari nasibnya sendiri."Baiklah, saya akan membayar hutang-hutang itu, tanpa setetes pun keringat saya jatuh sebab melakukan pekerjaan untukmu!" jawab Anjani penuh keyakinan, kemudian berlalu meninggalkan tempat yang membuat kehormatannya terinjak-injak."Hei, Anjani! Aku kasih kau waktu 40 hari, kalau sampai kau tak datang untuk membayar hutang, maka selamanya kau harus menjadi babuku!" teriak Juragan Supeno mengiringi kepergian Anjani.Namun gadis dua puluh tahun itu terus melangkah tak gentar, bahkan tak sedikitpun kembali menoleh ke belakang. Beberapa orang yang masih berkerumun saling berbisik memperbincangkannya. Namun ia berusaha menebalkan telinga dari hal-hal yang semakin menjatuhkannya.Jelas saja hal itu membuat Supeno semakin murka, merasa dirinya yang berkuasa, ditentang oleh seorang bocah."Dasar bocah belagu! Lihat saja, gak lama lagi pasti dia akan kembali untuk mengabdi, dan menyesali keputusannya untuk melawanku! Kalau sampai itu terjadi, kan ku buat dia bersujud di kakiku!"Samar-samar Anjani masih mendengar apa yang diucapkan Supeno, ia menghentikan langkahnya sejenak, kemudian tersenyum miring, "Aku bersumpah atas nama hidup dan mati, pantang bagiku kembali ke tempat ini demi harga diri yang terinjak-injak kembali.Akan kubuktikan, bahwa nanti kamu dan semua antek-antekmu yang akan bersujud di kakiku, Supeno. Kau akan menyesal sebab telah mempermalukanku seperti ini," batin Anjani, kemudian kembali mengayun langkahnya pergi meninggalkan kediaman lelaki yang menjadikannya janda di malam pertama.Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments