"Zahira mau, Mbak Anjani jadi Mommy Zahira, aslakan Daddy dan Mbak Anjani juga mau," jawab Zahira membuat dr. Ahmad bernafas lega dan berucap hamdalah dalam hati.
Restu dari Ummi dan Zahira sudah dikantonginya, tinggal persetujuan Anjani yang harus didapatkannya.
Sedangkan Anjani sendiri, kini perasaannya menjadi campur aduk. Ada rasa deg-degan, takut, dan tak menyangka menjadi satu. Ia speach less dan bingung menentukan sikap di hadapan dr. Ahmad dan Zahira. Yang bisa ia lakukan hanya diam dan menundukkan pandangan.
"Makasih ya, Sayang."
"Sama-sama, Dad," balas Zahira kemudian menoleh ke arah Anjani.
"Kok mbak Anjani diam aja sih?" celetuk Zahira membuat Anjani salah tingkah, pemandangan itu sungguh membuat dr. Ahmad terhibur.
"Mungkin Mbak Anjani masih mencerna percakapan kita, Nak. Nggak apa-apa, untuk selanjutnya, nanti biar Daddy yang bicara langsung sama Mbak Anjani. Zahira doakan ya, semoga Daddy diterima," ucap dr. Ahmad setengah berbisik, namun tetap terdengar oleh Anjani. Ha