Di ruang istirahat.
Liana melihat Yohan membuka tutup salepnya dan bulu matanya bergetar, "Pak Yohan."
Yohan berhenti dan menatapnya. Liana berdiri dan berkata, "Itu ... berikan saja salepnya kepada saya. Saya bisa mengoleskannya sendiri."
Yohan meliriknya dan bertanya lagi dengan ragu, "Apa kamu bisa melakukannya sendiri?"
"Ya, saya bisa." Liana mengangguk dengan tegas.
Yohan tidak memaksa lagi dan memberikan salep itu padanya, "Ingatlah untuk mengoleskannya, kalau nggak, nanti akan meninggalkan bekas."
Saat dia mengatakan itu, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik ke bahunya. Memikirkan bahu yang halus dan bulat itu, dia merasa sedikit bersemangat di dalam hatinya.
"Ya." Liana mengangguk, "Kalau begitu aku keluar dulu ...."
Sebelum dia selesai berbicara, ponsel Yohan tiba-tiba berdering.
Yohan melihat ponselnya dan menjawab telepon, "Halo."
Suara Helena terdengar dari telepon, "Pak Yohan, apa kamu sedang sibuk?"
"Ya. Ada urusan apa?" Yohan sedang berbicara di telepon, tetap