Wajah Liana merah karena marah.
Namun, di mata Helena, rona merah ini berubah menjadi rasa malu dan bersalah. Dia berkata dengan suara tenang, "Liana, kamu masih muda, jangan selalu membuat keputusan yang salah dan mengambil jalan yang salah."
"Saya tidak ...." Liana ingin membela diri, tetapi tiba-tiba melihat sorot mata Yohan yang lembut, tanpa keraguan, dan sangat tenang. Sorot mata itu bisa menenangkan emosinya.
Yohan melihat ujung mata merahnya dan berkata, "Liana, pergi dan panggilkan Hasan."
Liana tertegun sejenak. Kalau dia mau memanggil Hasan, dia tinggal memanggilnya dengan meneleponnya. Dia tidak perlu pergi untuk memanggil Hasan. Apa maksudnya dia ingin menyingkirkannya dan berbicara dengan Helena?
"Baik." Liana segera berdiri dan berjalan keluar kantor.
Begitu pintu ditutup, Helena berkata, "Pak Yohan, bagaimana dengan masalah Winda?"
Yohan terdiam selama beberapa detik dan berkata, "Karena kamu sudah bicara, aku akan beri dia kesempatan lagi."
Helena sangat gembira dan be