Setelah pertemuan mendadak itu, mereka berkumpul sambil menahan keterkejutan.
Syina sama sekali tak melepas pelukannya sejak pertama kali bertemu bahkan tangis Syina telah membasahi sebagian baju Ayya.
"Aku bukan Ira," ucap Ayya agar Syina melepaskan pelukan.
"Tetap saja, kau Ira temanku," Syina semakin mengeratkan pelukan. Akan tetapi disisi lain Ayya semakin merasa tertekan.
"Aku ingin pulang tolong," batin Ayya tersiksa.
Sementara Kiel diam dengan beribu pikiran, setelah mendengar sekilas cerita Lingga, sepanjang karir dan kehidupannya, tak ada sekalipun kasus seperti ini, mungkin saja apa yang menimpa Ira adalah jenis gangguan psikologis baru yang belum pernah diteliti sebelumnya.
"Syina, kau harus mengambil judul skripsi untuk penelitian ini!" ucap Kiel antusias.
"Dia mulai lagi," gumam Syina merasa lelah dengan tingkah Kiel.
Plak!
"Jangan mengalihkan pembicaraan, aku sedang mencari solusi tahu," ucap Lingga sambil menepuk bahu Kiel dengan keras.
"Iya-iya! Mahluk paling serius di