Dina diam seribu bahasa. Mulutnya seolah terkunci. Akan tetapi, tatapannya kepada Clara penuh dengan kebencian.
"Sekarang, kamu harus menerima kehadiran Clara di antara kita." Vino memutuskan secara sepihak. Ia juga tak melepaskan genggaman tangannya pada wanita berambut panjang itu.
"Tapi, aku gak mau dimadu, Mas! Bukankah aku pernah menegaskan sama kamu dulu?!" teriak Dina.
"Terserah! Itu sudah keputusanku. Kalau kamu tidak mau jangan salahkan aku jika aku tetap memilih Clara!"
Dina membelalak. Harga dirinya hancur berkeping- keping. Dalam gerakan cepat, ia merangsek maju dan menyerang Clara. Didorongnya Clara hingga wanita itu jatuh. Dina menjambak dan menampar wajah Clara secara membabi buta seolah sedang melampiaskan amarahnya.
"Dasar janda g4t3l! Wanita mur4h4n!"
"Dina hentikan!" Vino kesulitan menarik tubuh Dina yang kesetanan. Tak ia sangka bahwa kekuatan Dina menjadi berkali- kali lipat saat marah.
"Lepaskan! Biar kub*nuh wanita si4l4n ini!" Dina mencengkeram leher Clara, t