Kediaman Besar Adyatama Kedua.
Di waktu yang sama, Qi yang tengah merasa sangat kesal, dia memekik memanggil seseorang di sebuah kediaman besar. “Lunaaa!”
Seorang wanita yang sudah tidak muda, tapi tetap cantik paripurna keluar dari sarangnya. Wanita itu berkacak pinggang di depan kakak sepupunya. “Ngapain lu kesini? Berisik pula, gak sopan!!”
“Kamu yang tidak memiliki kesopanan pada Kakakmu!” cibir Qi kesal menunggu adik sepupu kesayangannya di bawah tangga.
“Makan cakue pake sambel tomat!”
“Cakeeep!”
“Gue bodo amat!”
“Bangcaaad!”
Qi menjitak kepala Luna, wanita itu terkekeh dan membawa tamunya ke ruang tengah.
“Mana suamimu?”
“Kamu datang cuma mau cari suamiku?”
“Enggak juga sih– kamu tahu gak?”
“Enggak!”
Ingin rasanya Qi memasukkan Luna ke dalam karung dan menghanyutkannya ke Samudera Hindia dan hipotermia di lautan Antartika.
“Barusan aku ketemu wanita dari Kaviandra Klan,” sambung Qi duduk di sofa setelah mereka sampai di ruang keluarga. “Uncle bilang dia ingin menggabungkan peru