"Memahami? Atas dasar apa?" Anggi melirik Wulan dengan sinis.
Wulan sama sekali tidak menyangkan Anggi akan menjawab seperti ini. Setelah tercengang beberapa saat, Wulan menambahkan dengan sedih, "Kakak masih marah padaku, ya? Apa yang harus aku lakukan biar Kakak bisa memaafkanku?"
Anggi tidak menjawab, melainkan cuma memandang Wulan dengan ekspresi datar.
Wulan menyeka air matanya. "Apa Kakak harus memaksaku hingga mati? Aku tahu, Ayah dan Ibu menyayangiku sejak kecil, begitu juga para kakak laki-laki lainnya."
"Walaupun semuanya agak mengabaikan Kakak, Kakak tetap anggota Keluarga Suharjo, bukan? Lagi pula, pernikahan Kakak dengan Pangeran Selatan juga bukan hal buruk. Bagaimanapun, dia adalah bagian dari kerajaan yang statusnya terhormat."
"Kalau Kakak marah karena aku dijodohkan dengan Kak Satya, aku ... aku boleh membatalkan perjodohan ini. Asalkan Kakak senang." Sambil berkata, tubuh lemah Wulan terhuyung.
Anggi mengernyit. Dia merasa ada yang tidak beres.
Tidak mungkin Wulan berlari kemari cuma untuk menyampaikan kata-kata ini.
Dia pasti merencanakan sesuatu di balik ini.
Sebelum Anggi memahaminya, Wulan berteriak sebentar sembari terjatuh ke tanah. Pada saat yang sama, Wulan juga menampar wajahnya sendiri dengan kuat.
Kulit Wulan sangat halus karena dirawat dengan sepenuh kasih oleh Keluarga Suharjo. Tamparan ini langsung membuat pipinya menjadi merah dan bengkak.
Anggi segera mengernyit.
Tidak mungkin Wulan bertindak seperti ini kalau bukan karena ada orang lain di sekitar ....
Berhubung dirinya tidak mati, alur cerita novel ini jadi melenceng. Oleh karena itu, Anggi juga tidak tahu apa yang akan terjadi sekarang.
Pada saat ini, terdengar derapan kaki yang terburu-buru. Sesaat kemudian, Anggi didorong seseorang dengan kasar hingga hampir terjatuh. Sebuah sosok tegap yang tidak asing berdiri di depan Anggi, lalu membungkuk untuk memapah Wulan.
Setelah itu, pria itu menatap Anggi dengan galak. "Anggi! Sekalipun kesal, mana boleh kamu menyakiti Lanlan?"
"Karena masalahmu, Lanlan terus menyalahkan dirinya. Kemarin dia menangis terus-terusan. Padahal dia begitu mengkhawatirkan keadaanmu di Kediaman Pangeran Selatan, kenapa kamu malah menamparnya?"
Anggi menatap pria itu. Dia adalah kakak sulung mereka, Yohan Suharjo.
Saat mereka kecil, Anggi sangat akrab dengan Yohan. Hanya saja, entah sejak kapan, sikap Yohan terhadapnya menjadi semakin ketus, bahkan lama-kelamaan jadi terkesan membencinya.
Sebelumnya, Anggi merasa sangat heran. Setelah kematian sebelumnya, dia jadi tahu bahwa Wulanlah yang telah menghasut Yohan selama ini.
Menghadapi Yohan yang pernah dia hormati, Anggi merasa hampa. "Kalau Kak Yohan merasa aku menamparnya, ya sudah."
"Tapi Kak Yohan harus ingat. Sekalipun aku menamparnya, nggak ada yang boleh menyalahkan aku. Aku ini Putri Selatan." Usai berkata, Anggi melangkah ke hadapan Wulan dan Yohan.
Yohan mengernyit dan menatap Anggi dengan waspada.
Sementara itu, Wulan mendekap di pelukan Yohan dengan menunjukkan ekspresi lemah.
Anggi mengayunkan tangan, lalu menampar pipi Wulan dengan keras. Tamparan itu begitu keras, hingga kukunya menggores wajah Wulan yang lembut. Wulan sontak berteriak dan menutupi wajahnya.
Satu sisi wajah Wulan terasa begitu panas. Dia langsung meneteskan air mata dan menatap Anggi dengan kesal.
Saat ini, bahkan Yohan juga tercengang. Dia tidak menyangka Anggi akan langsung menampar Wulan.
"Kamu!"
Saat Yohan hendak membalas Anggi, sesosok bayangan segera menghalang di hadapan Anggi. Orang itu adalah pengawal pribadi yang terus melindungi Anggi secara tersembunyi, Dika.
Dika mendapat perintah dari Luis untuk mengantarkan Anggi kembali ke Kediaman Pangeran Selatan dengan selamat. Oleh karena itu, dia harus menghentikan siapa pun yang mau mencelakai Anggi.
Saat bertemu dengan Dika, Yohan lantas menatap Anggi dengan tidak percaya.
Setahunya, Luis adalah orang kejam yang sering menghukum mati bawahannya. Semua orang yakin, Anggi tidak akan hidup selama lebih dari dua hari setelah menikah ke Kediaman Pangeran Selatan.
Awalnya, Yohan merasa tidak tega pada Anggi yang harus menjadi pengantin pengganti ke sana. Dia terpaksa mengeraskan hati saat teringat dengan betapa lemahnya Wulan.
Namun dilihat dari situasi sekarang, ternyata perlakuan Luis terhadap Anggi termasuk lumayan. Luis bahkan mengutus pengawal rahasia untuk Anggi. Untuk sesaat, ekspresi Yohan tampak rumit.
Sementara itu, Anggi tidak lagi menghiraukan mereka. "Dika, ayo pergi."
"Dik ...." Yohan memanggil tanpa sadar saat melihat Anggi yang hendak pergi.
Entah kenapa, Yohan merasa sedikit sedih saat melihat kepergian Anggi. Dia seolah-olah sedang kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Kak Yohan ...." Suara isak Wulan menarik kembali perhatian Yohan. Saat ini, dia baru menyadari luka di wajah Wulan. Wajah yang begitu lembut, kini menjadi bengkak dan merah.
"Kenapa parah sekali?" Yohan terkejut. Dia segera membawa Wulan untuk merawat lukanya.
Saat ini, Anggi telah keluar dari Kediaman Suharjo dan menaiki kereta kuda. Dia membuka tirai untuk melihat rumah yang mengisi kenangan selama 16 tahun ini untuk terakhir kalinya.
Pada akhirnya, dia menutup tirai dengan sorot mata dingin. Mulai sekarang, dirinya sudah tidak memiliki hubungan dengan Keluarga Suharjo lagi.
Kalaupun bertemu, mereka akan dia anggap sebagai orang asing.
Semua ikatan mereka, sudah sirna sejak jasadnya ditelantarkan di depan pintu dan menjadi mangsa anjing liar.
Kereta kuda yang dinaiki Anggi memasuki Kediaman Pangeran Selatan. Kemudian, para pelayan memindahkan kotak yang dibawa kereta kuda itu ke kamar Luis dan Anggi.
Anggi membuka kotak tersebut dan terdiam saat melihat isinya.
Beberapa dupa ini diracik Anggi untuk Ambar, Nyonya Tua di Kediaman Suharjo. Semasa mudanya, Ambar banyak menderita sehingga sering sakit kepala dan tidak bisa tidur di malam hari. Oleh karena itu, Anggi membaca banyak buku dan menemukan formula dupa penenang.
Anggi menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan tangannya banyak terluka sampai akhirnya berhasil membuat dupa penenang ini.
Sejak saat itu, Ambar bisa tidur dengan nyenyak, gejala sakit kepalanya juga membaik.
Obat-obatan lainnya juga dia sediakan untuk ayah dan kakak laki-laki lainnya. Mereka sangat membutuhkan obat-obatan seperti ini karena sering terluka.
Selain itu, juga ada obat-obatan untuk masuk angin, nyeri tulang, dan sebagainya ....
Kotak besar itu terisi penuh rasa cinta untuk semua anggota Keluarga Suharjo. Setiap usaha yang dia kerahkan, terlihat seperti lelucon sekarang.
Saat ini, Dika telah kembali ke sisi Luis dan melaporkan semua kejadian di Kediaman Suharjo.
Luis hanya tertawa sinis.
Keluarga Suharjo benar-benar pandai membuat rencana. Mereka tahu bahwa Satya sedang naik daun. Kelak, dia pasti bisa menjadi orang paling berpengaruh di bawah Kaisar. Oleh karena itu, mereka ingin menikahkan putri mereka dengannya.
Sayangnya, tujuan mereka tidak akan tercapai kali ini.
"Coba periksa, apakah Anggi pernah pergi ke Gurun Utara tiga tahun lalu?" Luis menunduk untuk membaca buku perang yang ada di tangannya. Suaranya tidak mengandung emosi dan terkesan cuek.
Dika segera mengangguk, lalu sosoknya berkelebat dan menghilang dari pandangan.
Di dalam ruangan itu, samar-samar tercium aroma dupa yang dibakar.
Kalau Anggi di sini, dia pasti langsung mengenali ini adalah aroma dupa penenang yang dia racik untuk mengobati sakit kepala Ambar.