Pagi itu kebetulan hari Minggu. Sinar matahari yang lembut menyelimuti ibukota dengan hangat. Udara segar membawa aroma dedaunan yang basah oleh embun, sementara burung-burung berkicau riang, menciptakan simfoni pagi yang mendamaikan.
Di rumah sakit tempat Nek Siti dirawat, Nada sedang berdiri di samping brankar neneknya. Tangannya menggenggam erat jemari keriput neneknya, yang kini mulai terasa hangat. Sesuatu yang tak dirasakannya selama berhari-hari akibat penyakit yang diderita oleh neneknya.
"Syukurlah, Nek. Dokter bilang kalau hari ini nenek sudah boleh pulang," ujar Nada dengan mata berkaca-kaca, tetapi bibirnya tersenyum lega.
Nek Siti balas tersenyum sambil menganggukkan kepalanya lemah.
"Syukurlah, Nak. Semua ini berkat kesabaranmu merawat Nenek, dan juga berkat bantuan Tuan Muda yang sudah banyak membantu kita selama ini," ujar Nek Siti seraya mengalihkan pandangannya pada Daffa.
Di sudut ruangan, Daffa berdiri dengan tenang, mengenakan kemeja putih yang lengan atasnya digu