Sementara itu, di dalam kamar yang remang, Huànyǐng berdiri tertegun, mendengarkan keributan yang semakin memekakkan telinga dari luar. Setiap dentingan senjata, setiap teriakan, menggetarkan dinding penginapan. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Pintu dan jendela kamar yang biasa tampak kokoh kini terasa seperti sekat tipis yang tak mampu menahan kegelisahannya. Ia mendekati pintu, mencoba membukanya lagi. Namun formasi pelindung yang menghalanginya sangat kuat.
“Chénxī, mengapa kau memasang formasi pelindung yang begitu kuat?” gumam Huànyǐng seraya berjalan mondar-mandir. “Mantraku tak bisa menembusnya… Mungkin aku harus menggunakan Fengling atau Bīng Yàn Shàn?”
Tangan Huànyǐng berhenti bergerak saat kata-kata itu terucap. “Ah, tidak! Kalau menggunakan senjataku, penginapan ini bisa hancur berkeping-keping,” keluhnya, meremas rambutnya yang terurai.
Kebingungannya semakin mendalam. Ia harus keluar untuk melihat apa y