"Aidan, Bayu... dengar baik-baik, ya, Nak."
Nada suara Kirana pelan, tapi ada sesuatu dalam caranya mengucapkan kalimat itu—seperti benang tipis yang siap putus kapan saja.
Ia menatap kedua putranya yang duduk bersila di lantai ruang tamu yang sempit tapi hangat. Udara sore mengendap di antara dinding rumah petak mereka di pinggiran Jakarta, ditemani suara azan yang samar terdengar dari masjid kampung.
"Jangan pernah cerita ke siapa pun soal keluarga kita. Terutama soal kalian..." Kirana menarik napas dalam-dalam, berusaha mengatasi rasa sesak yang mengendap di dadanya. "Kalian yang nggak punya ayah."
Kepalanya berdenyut. Sisa-sisa stres dari kejadian tadi siang—percakapan yang nyaris terbongkar—masih menghantuinya seperti jejak bayangan di belakang kelopak mata.
Syukurlah aku bisa menghentikan obrolan itu tepat waktu, pikirnya. Raka... Dengan otak setajam itu, satu celah kecil saja bisa jadi pintu bagi kecurigaan.
Aidan dan Bayu saling meno