Elina menghentikan gerakannya seketika, seperti seekor rusa kecil yang mendadak menyadari kehadiran pemburu.
Napasnya tertahan di tenggorokan. Ia menoleh, pelan, dan pandangannya langsung bertemu sosok tinggi di ambang pagar halaman.
Raka berdiri di sana—tegap, wajahnya tertutup bayangan pohon kamboja yang rindang, tapi matanya menyala tajam, menusuk bagai ujung jarum.
Hanya sekejap. Elina memalingkan wajah, menunduk dalam-dalam, lalu sibuk mencoret-coret sesuatu di buku kecil bersampul ungu yang selalu ia bawa.
Tangannya sedikit gemetar, tapi ia berpura-pura tak terganggu.
Raka melangkah masuk, langkahnya berat namun mantap, membawa serta dua anak laki-laki yang berdiri di belakangnya—Aidan dan Bayu.
Keduanya tampak canggung, seperti tahu mereka berada di antara percakapan yang seharusnya bukan untuk didengar anak-anak.
Bayu menggenggam mainan Lego-nya lebih erat. Aidan menatap tanah, sepatu kets-nya menggaruk-garuk kerikil di pelata