Sudut pandang Anya:
"Nenek," sapa Maximus.
Kami berada di apartemen, dan nenek Maximus baru saja tiba. Aku merasa canggung, tidak yakin apa yang harus aku lakukan saat Ruth menatapku, terutama tanganku, yang digandeng oleh Maximus.
"Selamat pagi," sapaku juga. Aku tidak ingin terkesan tidak sopan.
Ruth mengangkat sebelah alisnya sebelum menoleh ke Maximus.
"Apa kabar, cucuku sayang?" tanyanya seraya duduk di sofa, di samping kursi roda Maximus.
Aku duduk di sisi lain, seolah-olah kami bertiga sedang terlibat dalam semacam cinta segitiga.
"Seperti yang Nenek lihat, aku baik-baik saja. Istriku merawatku dengan baik," jawab Maximus.
"Ya, sudah seharusnya begitu, karena dia dibayar untuk melakukannya!" sindir Ruth.
Aw! Serangan tajam yang tidak terduga. Kalau saja Ruth bukan orang tua, aku pasti akan membalasnya.
"Nenek ...."
Ruth menyela, "Kenapa? Omonganku itu benar! Apa menurutmu dia akan bekerja sekeras ini kalau nggak ada uang yang terlibat? Dia sebaiknya melakukan pekerjaannya dengan