Sudut pandang Anya:
"Jangan coba-coba tinggalkan aku lagi, Anya, atau kamu akan merasakan akibatnya," kata Maximus dengan penuh amarah.
Aku mengabaikannya dan memilih untuk membuka layar ponselku.
"Kamu dengar aku, nggak?" tanyanya. Rasa frustrasi terdengar jelas di nada bicaranya, tapi aku tetap mengacuhkannya.
Mengapa aku harus peduli pada seseorang yang lebih menghargai pendapat orang lain daripada perasaanku?
Maximus baru saja pulang dari rumah sakit, dan begitu Haris pergi setelah mengantarnya pulang, Maximus mulai menceramahiku. Apakah dia pikir kemarahannya akan membuatku takut?
"Anya!" teriaknya.
"Jangan membentakku!" balasku ketus.
Mungkin dia mengira aku akan membiarkannya memperlakukanku seperti ini karena seharusnya masalahnya sudah selesai.
"Kalau aku bertemu Miranda lagi, aku akan mengulanginya lagi. Bilang aja dari sekarang kalau kamu mau membiarkannya menggodamu. Jadi, aku nggak perlu terus-terusan ikut denganmu," kataku tajam.
"Kamu cemburu?" tanyanya seolah-olah itu a