Ia mendekat dan melongok sedikit ke dalam, Damian tengah memejamkan matanya di sofa dengan posisi terduduk, rambutnya sedikit berantakan, tangannya menyangga sebelah kepalanya, dan napasnya terlihat rapi. Alea berdiri di ambang pintu, menatapnya lama. Wajah yang biasanya penuh dengan ketegangan, kini terlihat lebih tenang.
“Terima kasih, Damian,” ujarnya terdengar tulus.
Damian membuka matanya ketika mendengar suara yang tak asing, ia menoleh ke arah pintu dan melihat Alea yang tengah berdiri dengan mengenakan piyama dan rambut berantakan khas orang bangun tidur.
Damian segera berdiri dan menghampiri, “Alea?” ujarnya sedikit terkejut, tetapi juga lega.
Alea menatapnya diam, lama, dan dalam. Seolah ia tengah mengamati pria di depannya ini benar-benar nyata. Wajahnya terlihat lelah, dengan mata yang memerah dan kerah baju yang sedikit terbuka. “Kenapa kau tidak tidur?” tanyanya. “Rosa bilang kau belum beristirahat s