Pernikahan Paksa Sang Mafia

Pernikahan Paksa Sang Mafia

last updateLast Updated : 2025-06-04
By:  AnidaniaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
23views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Pernikahan Alea dan Damian awalnya hanya permainan kekuasaan. Namun, segalanya berubah saat Damian menyerahkan sebuah amplop. “Ayahmu membunuh ibuku.” Dendam lama kembali terungkap, tetapi cinta mulai tumbuh. Dan kini, keduanya terperangkap di antara rahasia, luka, dan perasaan yang tak seharusnya ada.

View More

Chapter 1

Pernikahan Rahasia?

Alea Moreau  tidak pernah menyangka bahwa sore ini akan menjadi hari terakhirnya ia bisa merasakan kebebasan menikmati hidupnya sebagai seorang mahasiswa biasa. Kampus di hari ini terasa begitu sepi, berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang ramai dengan aktivitas mahasiswa yang tak ada hentinya. Suara sepatu hak rendahnya bergema lembut di koridor jurusan kedokteran. Ia baru saja selesai ujian praktek, dan satu-satunya hal yang memenuhi pikirannya hanyalah: tidur semalaman. Bukan tentang pernikahan paksa. Apalagi tentang mafia.

"Miss Alea Moreau?"

Langkah Alea terhenti dengan seketika. Seorang pria bersetelan hitam panjang berdiri di depan pintu ruang dosen, membawa amplop putih dengan segel emas yang tampak asing dan—anehnya—terkesan mengancam.

"Iya, saya." Ia melangkah dengan ragu. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya kemudian.

Pria itu mengangguk paham. "Saya diutus untuk mengantarkan surat ini. Tolong dibuka dan dibaca sekarang juga," ujarnya menyodorkan surat itu kepada Alea.

Alea menatap amplop itu dengan rasa penasaran yang memuncak. Matanya menyipit ketika membaca namanya tertera di sana… bersama satu nama lain.

Damian Alaric.

Hatinya berdegup tak nyaman setelah menerima surat misterius itu. Damian Alaric? Nama itu seperti petir di siang bolong—ia ingat berita-berita gelap di televisi tentang lelaki muda, pemimpin organisasi kriminal internasional, yang tak pernah tertangkap tapi selalu meninggalkan jejak darah para musuhnya. Badboy sejati, bukan sekadar julukan yang disematkan kepadanya.

Tangannya gemetar saat membuka surat itu.

“Dengan ini, Alea Moreau  dan Damian Alaric telah menikah secara resmi pada tanggal 24 Mei, pukul 20.00, di lokasi rahasia.

Pernikahan ini bersifat rahasia dan bersifat darurat untuk keamanan nasional serta pribadi.

Tidak ada pilihan.

– Pemerintah Republik Valmorra.”

Alea ternganga dengan apa yang tertera pada surat itu. "Apa ini? Sebuah lelucon yang kalian ciptakan sendiri?" tanyanya lirih.

"Tidak, Nona," jawab pria itu tenang. "Ini satu-satunya cara agar Anda tetap bisa menjalani kehidupan dengan aman dan menjaga keamanan nasional."

“Demi keamanan nasional?” Alea menatap pria itu dengan sorot tak percaya. “Kau serius?”

Ia mengangguk tenang, seolah kalimat barusan bukan sesuatu yang gila. “Kami butuh kerja sama Anda, Nona Alea Moreau.”

“Dengan memaksa saya menikah? Apakah ini prosedur resmi? Atau hanya sandiwara pemerintah?”

“Tidak ada yang dipaksa. Anda bisa menolak. Tapi konsekuensinya tidak akan menyenangkan.” Nadanya tenang, tapi dingin seperti es. Alea ingin tertawa, tapi tak ada humor di tempat ini.

“Dia … kriminal.”

“Dia juga aset penting bagi negara. Dan kami butuh seseorang seperti Anda untuk menjembatani dua dunia yang tak pernah berdamai.”

Aku tertawa hambar. “Kalian menginginkan saya jadi mata-mata?”

“Kami hanya ingin Anda menjadi isterinya.”

Belum sempat ia menjawabnya, Alea kembali menahan napasnya, matanya terpaku pada mobil hitam yang baru saja berhenti dengan kasar di area parkir dosen. Tiga pria berpakaian gelap keluar dari dalamnya, bergerak cepat dan terkoordinasi. Salah satu dari mereka membuka pintu belakang dengan gerakan yang hampir terlatih, menunjukkan kebiasaan yang mungkin sudah sering dilakukan. Alea menelan ludahnya kasar, jantungnya berdegup kencang, rasa penasarannya kini bercampur dengan ketakutan. Dua pria itu mengarahkan pandangan tajam ke sekeliling, seolah memastikan tidak ada yang mengawasi.

“Mari ikut dengan kami,” ujar seorang dari mereka dengan sopan.

Alea berjalan mundur, “Saya nggak akan ikut kalian!” bentaknya dengan menggelengkan kepala.

“Nona  Alea … kami tak ingin bermain kasar dengan Anda, mari segera masuk ke dalam mobil.”

“Saya nggak bakal mau ikut kalian!” ujarnya menunjuk pria di hadapannya. “Saya cuma  mau pulang! Saya capek mau tidur! Kalian pergi cari wanita lain yang mau kalian paksa sesuka hati!” bentaknya dengan melempar kertas di tangannya.

“Maaf, Nona,” ujarnya sebelum menarik paksa tangan Alea.

Alea yang mendapat perlakuan tak mengenakan itu langsung memberontak, “Tolong!!!” teriaknya menoleh ke kanan dan kiri meminta bantuan. “Lepas, nggak!” ujarnya menarik tangannya sendiri.

“Maaf, Nona. Ini demi kebaikan Nona Alea,” ujar pria itu berulang kali.

Alea berusaha sekuat tenaga menahan badannya agar tak terseret, tetapi tenaganya tak lebih besar dari pria tersebut. Ia berhasil dimasukkan ke dalam mobil.

“Kurang ajar kalian!” ujar Alea dengan napas terengah.

“Nona, kami hanya menjalankan tugas dan Anda hanya perlu menuruti perintah kami.”

Alea mendecik kesal, “Persetan dengan tugas!”

Dia tidak mengerti mengapa dia harus berurusan dengan Damian Alaric, seorang tokoh yang dikenal berpengaruh dan misterius. Kenapa pula keamanan nasional terlibat di sini? Dalam perjalanan entah kemana, mobil meluncur cepat melewati jalanan kota yang mulai sepi. 

Cahaya lampu jalanan menyilaukan matanya yang sudah lelah mencoba memahami situasi. Alea duduk diam, memeluk tasnya erat, jantungnya masih berdetak tak karuan. Ia mencoba mencari logika dalam kekacauan ini, tapi semua terasa seperti mimpi buruk yang tak masuk akal.

Dia mencoba meminta penjelasan dari pria yang membawanya, namun jawabannya selalu sama, "Tuan Damian akan menjelaskan semuanya."

Jika pemerintah memaksanya menikah dengan mafia… berarti nyawanya sedang dijadikan alat tukar.

Damian Alaric. Mafia. Pernikahan. Pemerintah. Apa hubungan semua ini?

"Bisakah saya bicara dengan ibu saya dulu?" tanyanya lirih pada pria yang duduk di depan.

"Tidak bisa, Nona. Kontak dengan dunia luar dilarang sampai pernikahan selesai," jawabnya datar.

"Ini gila," gumam Alea. "Kalian menculikku."

“Kami tidak menculikmu, Nona,” bantahnya dengan tatapan tajam yang mengarah ke jalanan di depannya.

"Tapi, ini tidak adil. Saya hanya ingin berbicara dengan ibu saya," suaranya tercekat, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berteriak kebingungan dan ketakutan.

Pria itu kembali menggeleng, "Aturan tetaplah aturan, Nona. Semua ini untuk kebaikan anda dan keluarga anda."

Alea merasakan kehangatan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya, ia seakan tengah berjuang dengan keputusasaan yang mendalam.  “Memaksa seseorang untuk menikah demi kebaikan? Itu hal yang sangat gila!” ujarnya menggebu.

Alea merasakan dinginnya udara yang menggigit kulit lembutnya ketika ia keluar dari mobil. Matanya melebar saat melihat mansion besar yang terletak tersembunyi di tengah hutan pinus. Pria berbadan besar berdiri tegak menjaga setiap sudut, dengan senjata tergantung di pinggang mereka yang menambah ketegangan. Langkahnya terhuyung, Alea mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk berjalan menuju pintu besar mansion tersebut.

Dari jauh, dia bisa melihat seorang pria berdiri di pintu masuk, menunggunya. Itu dia, pria yang selama ini hanya bisa ia bayangkan dari cerita-cerita yang didengarnya.  Domian Alaric. Tegak berdiri di bawah naungan lampu kuning keemasan, mengenakan kemeja hitam dan jas gelap. Matanya tajam, tak berkedip, menatapnya seolah bisa menembus jiwanya. Tampan, tapi menyimpan bahaya. Wajahnya seperti dipahat dewa, tapi dingin seperti batu nisan.

Jantungnya berdetak lebih kencang, tidak hanya karena takut, tetapi juga karena penasaran akan tujuan sebenarnya mengapa ia dibawa ke tempat ini. Saat mendekat, Alea mencoba memperhatikan wajah pria tersebut. Ada aura misterius yang menyelimutinya, membuatnya semakin penasaran namun juga was-was. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, seolah-olah setiap inci tanah di bawahnya adalah penentu nasibnya yang akan datang.

"Alea Moreau," katanya dengan suara dalam, nyaris tanpa emosi. "Selamat datang di penjara terindah yang akan kau tempati bersamaku."

Kata-kata itu terdengar memuakkan.

Alea menggenggam gaun lusuh yang masih ia kenakan dari kampus. “Aku tidak akan pernah menikah denganmu.”

Damian menatapnya, lalu mendekat dengan perlahan. "Sayangnya, kita  sudah resmi menikah."

Dia menyerahkan selembar dokumen dari sakunya—salinan akta nikah. Tertanda, resmi, dan dicap pemerintah. Alea membaca namanya di sana, bersama tanda tangan... yang mirip miliknya.

"Apa-apaan ini?!" bentaknya tak terima. Ia menatap tajam pria di depannya dengan mata yang nyalang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status