Aku hanya bisa mengelus dada, lucu rasanya melihat satu rumah sakit membicarakan abang Brayen. Bergegas aku ke ruangan, tak sabar membuka bekal yang diberikan Arvian. Namun, hatiku bergetar ketika ada tulisan tangan abang Brayen di dalam bekal itu.
Siapa kita semalam tak penting, yang penting siapa kita hari ini. Karena esok tak menjanjikan apa-apa, apa yang kita buat hari ini, menentukan siapa kita esok hari. ~Brayen
Maksudnya apa? Apa ini hanya alasan dia saja mengirim bekal, padahal bukan Arvian yang membuat, tapi sebenarnya dia.
Bekal dari Arvian rasanya tidak asing, tidak berubah ketika bersama abang Brayen dulu. Tidak mungkin aku menanyakan ke Arvian apakah dia yang mengirim atau tidak.
Benar-benar duda meresahkan!
"Bu direktur agenda hari ini bertemu relasi dari Jerman," kata asisten yang biasa membuatku jadwal. Dia membuyarkan ingatanku, bekal dari Arvian habis tak bersisa padahal aku sudah makan di kantin.
"Jam berapa?" tanyaku lagi.
"Pukul 14. 30."
"Oke, nanti diingatkan la