Aksen pergi begitu saja, aku seperti tersadar dari mimpi jika Aksen tidak ingin bersamaku lagi. Dia bahkan tak menolehku ketika berangkat.
Sementara bunda hanya melihatku tanpa banyak kata. Semakin menambah deretan kesalahan yang telah kulakukan. Aku memang salah dan pantas untuk diperlakukan seperti ini.
"Bund ...."
"Makan itu cintamu pada Brayen, bunda tidak mau ikut campur lagi dengan segala urusanmu."
"Bunda ...."
"Kamu bahkan menipu kami sebagai orang tua, lima tahun apa tidak cukup kamu menderita karena laki-laki yang bahkan ikut menyakiti hati daddymu yang merawatnya sejak kecil."
Rasanya begitu sesak mendengarnya. Bunda saja tidak memedulikanku lagi. Iya, karena aku tidak belajar dari kesalahan. Harusnya aku sadar Brayen itu harusnya dibuang tanpa menyakiti Aksen yang begitu baik menerimaku yang janda ini.
Daddy tak berbicara sedikit pun, daddy langsung masuk ke kamar. Ya Allah rasanya sakit melihat daddy semarah itu. Aksen begitu berarti di hati mereka.
"Bunda ... maafkan Mo