Langit Kota Dewa kini tak lagi bersinar. Awan kelabu menggantung rendah, seolah ikut meratapi keruntuhan simbol tertinggi keadilan langit. Menara yang megah berdiri pincang, sebagian puncaknya telah runtuh, dan bebatuan suci berserakan dalam diam yang menyayat.
Di dasar menara itu, Valkyrie berdiri… atau lebih tepatnya, bertahan. Di sekelilingnya—puluhan tubuh tak bernyawa berserakan, para kultivator elit dan penjaga khusus Caelistis yang telah dikirim untuk menghentikannya.
Tak ada satu pun yang berhasil.
Punggung Valkyrie berlumuran darah, robekan lebar menghiasi bagian atas armornya. Nafasnya memburu, dada naik turun dalam tempo tidak teratur, namun kedua kakinya masih kokoh, seakan ditanam langsung ke bumi yang hangus.
Debu turun perlahan seperti hujan abu dari neraka, berputar membentuk siluet suram di udara. Setiap helainya membawa aroma hangus dari qi yang terbakar, dan kepedihan dari nyawa yang hilang.
Namun Valkyrie tidak menunduk.
Ia menatap ke atas—ke langit yang mulai gelap