Kalau dulu Rey akan cuek saja dan tidak peduli siapapun yang ribut. Tapi kini beda, rasa pedenya membuat Rey mendekati keributan ini.
Seorang pria bertato terlihat terkapar di hajar Gonto Cs.
“Hei cukup, bisa mati orang itu!” tegur Rey.
“Hehh…kamu tak usah ikut campur, walaupun kamu anak buah Amang, blok di sini wilayahku,” bentak Gonto, seakan penegasan agar Rey tak perlu ikut campur.
Rey yang diam-diam masih kesal karena makanannya pernah di sepak Gonto dan kepalanya pernah di geplak preman ini juga dulu awal-awalnya di sini sering di palak anak buahnya, kini sama sekali tak takut.
Dia melihat orang yang di hajar ini agaknya seorang tahanan baru, pria setengah baya ini setengah pingsan.
“Aku tak ingin ikut campur urusan kalian, tapi…ku rasa tak usahlah menghajar orang sampai mau mampus begitu!” celetuk Rey.
“He-he-he…mulai ngelunjak kamu yaa, mentang-mentang jadi anak buah di tua Amang itu.”
Gonto mendekati Rey dan ketika bermaksud akan tarik krah baju anak muda ini, secara tiba-tiba