Rey senyum kecil, dengan gemas dia langsung melumat bibir merah alami si denok ini dan meremas-remas dada Finai yang ukurannya lebih gede dari milik Dayang.
Nafas Finai langsung mendesah lirih.
Tangan nakal Rey langsung bergerak ke paha Finai dan…Rey kaget, karena tempat ini tertutup pembalut, Finai terkekeh dan bilang dia sudah empat hari datang bulan.
“Maaf ya, apem-nya lagi merah, tunggu sampai bersih...!” desah Finai dan tanpa malu-malu dia melumat bibir Rey lagi dan setelahnya kamar ini sunyi, mereka memutuskan untuk beristirahat malam ini, karena besok akan segera berpetualang.
Besoknya Bacong sang kepala adat tanpa ragu izinkan Finai menemani Rey menuju ke tempat yang dikatakan penuh misteri itu.
“Kalau perlu pulangnya kamu bunting yaa, biar cucuku ganteng kayak pa komandan,” seloroh Bacong, hingga Rey antara kaget dan ingin tertawa, dipikirnya ‘Om Bacong’ ini hanya bercanda doang.
Bacong memang beda, sang kepala adat ini ternyata suka bercanda, padahal ucapannya tadi aslinya…se