Nenek kembali meletakkan ponsel di atas nakas lalu berjalan ke kamar Miranti.
"Kenapa dia terus di kamar? Apa dia sakit setelah mendengar ucapanku?"
Walau bagaimana, mereka selalu akrab selama ini. Layaknya ibu dan anak. Tiba-tiba bertengkar seperti ini, membuat perasaan nenek tak nyaman.
"Sepi sekali." Wanita itu mengedarkan pandang ke ruang tengah yang lengang lalu ke atas. Matanya memicing ketika melihat Qinara berdiri di depan kamarnya. "Makin hari kenapa makin mencurigakan anak itu."
"Sedang apa dia? Masa iya menguping di kamarnya sendiri."
Nenek menghela napas. Rasanya akan sulit kalau berhadapan atau pun bernegosiasi dengan Qinara. Sejak awal mereka tak dekat.
Bukan hanya tak dekat secara emosional, tapi mereka juga dipisahkan jarak. Cucu bungsunya itu lebih suka tinggal di indekost ketimbang rumahnya sendiri.
Ia pun melanjutkan langkah ke kamar menantunya.
Lengang sekali.
Penasaran, wanita tua itu menempelkan tel